tag:blogger.com,1999:blog-12251559628182353372024-02-19T07:17:09.342-08:00Kisah Cerita Lucu, Humor, LawakLucuhttp://www.blogger.com/profile/04975654502751628348noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-46572458257954649442018-12-27T12:44:00.000-08:002018-12-27T12:44:00.416-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Mengaku Hamil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Sultan Harun Al-Rasyid dikabarkan sedang stress di istana.<br />
Konon penyebabnya sudah 7 bulan Abu Nawas tak menghadap kepada dirinya, akibatnya suasana istana jadi sepi tanpa kehadiran Abu Nawas.<br />
<br />
Dia menyesal karena melarang Abu Nawas berkunjung ke istana sehingga membuat Abu Nawas benar-benar tak muncul di hadapan Raja.<br />
<br />
Raja pun akhirnya mencabut sumpahnya dan menyuruh pengawal menemui Abu Nawas tuk mengajaknya ke istana.<br />
<br />
"Mungkin ABu Nawas marah kepadaku, pergilah ke rumahnya dan ajaklah Abu Nawas menemuiku," perintahnya.<br />
<br />
Pengawal Raja pun berkunjung ke rumah Abu Nawas dan di luar dugaan, Abu Nawas menolak tawaran pengawal Raja itu.<br />
<br />
Abu Nawas mengaku tengah hamil dan hendak melahirkan.<br />
<br />
"Tolong sampaikan kepada Raja, aku sakit dan hendak bersalin dan aku sedang menunggu dukun beranak tuk mengeluarkan bayiku ini," kata Abu Nawas sambil mengelus perutnya yg buncit.<br />
<br />
Maka kembalilah pengawal Raja itu dan menyampaikan kabar sebenarnya.<br />
<br />
"Ajaib benar," kata Baginda Raja dlam hati setlah mendengar laporan pengawalnya.<br />
"Baru kali ini aku mendengar kabar seorang lelaki bisa hamil," katanya heran.<br />
<br />
Maka Raja pun akhirnya berkeinginan menengok Abu Nawas.<br />
Dia pergi dengn di iringi sejumlah menteri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.<br />
Begitu melihat Raja datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya.<br />
<br />
"Ya tuanku, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yg hina ini," ucap Abu Nawas.<br />
<br />
Raja pun kemudian di persilahkan duduk di tempat yg paling terhormat.<br />
Sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya.<br />
<br />
"Ya Tuanku, apakah yg menyebabkan Tuanku datang ke rumahku ini?" tanya Abu Nawas.<br />
"Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu, engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, benarkah demikian?" jawab Raja.<br />
<br />
Abu Nawas tak menjawab, dia hanya tersenyum.<br />
"Coba jelaskan perkataanmu. Siapa lelaki yg hamil dan siapa dukun beranaknya," tanya Raja lagi.<br />
Maka dengn senang hati berceritalah Abu Nawas.<br />
<br />
"Konon....Baginda mengusirku dari istana, tetapi setlah 7 bulan berlalu tanpa alasan yg jelas, sang Raja memanggil hamba ke istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yg kemudian hamil tanpa menikah.<br />
Tentu sja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri," cerita Abu Nawas.<br />
<br />
Abu Nawas menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, seharusnya Raja tak mengeluarkan titah yg plin-plan, tak boleh mencabut perintahnya lagi.<br />
Jika itu dilakukan, ibarat menjilat air ludah sendiri dan itulah tanda-tanda pengecut.<br />
<br />
"Oleh karena itu harus berfikir masak-masak sebelum bertinda, itulah tamsil seorang lelaki yg hendak bersalin," cerita Abu Nawas menyindir Baginda Raja.<br />
"Lalu bagaimana dengn dukun beranak itu?" tanya Baginda.<br />
<br />
"Adapun dukun beranak yg ditunggu, adalah Baginda kemari, dengn kedatangan Baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, artinya hilangnya rasa sakit ato takut hamba kepada Baginda," cetus Abu Nawas.<br />
<br />
"Bukan begitu Abu Nawas, aku tak sungguh-sungguh melarangmu ke istana, melainkan hanya bergurau.<br />
Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara dengnmu," titah Raja.<br />
"Segala titah Baginda, hamba junjung tinggi tuanku," sembah Abu Nawas dengn takzim.<br />
Tapi Raja hanya menggeleng-gelengkan kepala aja.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-71983090497507491462018-12-27T12:41:00.000-08:002018-12-27T12:41:18.799-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Menghindari Hujan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yg dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas tuk dijebloskan ke penjara.<br />
<br />
Sudah menjadi hukum bagi siapa aja yg tak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi dia akan mendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tapi dia tak berani menolak perintah Baginda.<br />
<br />
Dlam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yg cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengn penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.<br />
<br />
"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.<br />
<br />
"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas.<br />
<br />
"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yg lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yg cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengn cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering. Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan.<br />
<br />
Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. Dia harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun.<br />
Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda tuk mencapai tempat perlindungan yg terdekat. Tapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan.<br />
<br />
Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datang dengn menunggang kuda yg lamban. Baginda dan para pengawal terperangah karena baju Abu Nawas tak basah. Padahal dengn kuda yg paling cepat pun tak dapat mencapai tempat berlindung yg paling dekat.<br />
<br />
Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yg cepat yg kemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kuda-kuda yg lamban. Setlah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yg ditunggangi tak dapat berlari dengn kencang.<br />
<br />
Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya tiba dengn pakaian yg basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengn pakaian yg tetap kering Baginda jadi penasaran. Beliau tak sanggup lagi menahan keingintahuan yg selama ini disembunyikan.<br />
<br />
"Terus terang begaimana caranya menghindari hujan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda.<br />
"Mudah Tuanku yg mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum.<br />
<br />
"Sedangkan aku dengn kuda yg cepat tak sanggup mencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengn kuda yg lamban ini." kata Baginda.<br />
<br />
"Hamba sebenarnya tak melarikan diri dari hujan. Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-47097155358357093942018-12-27T12:37:00.002-08:002018-12-27T12:37:23.753-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Menampar Pipi Raja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Pada suatu hari, Abu Nawas singgah di rumah kenalannya, seorang Yahudi. Di sana tengah berlangsung permainan musik yg meriah. Banyak orang yg menonton sehingga suasana begitu meriah. Semua tamu yg hadir terlibat dlam permainan musik indah itu, termasuk Abu Nawas yg baru aja masuk.<br />
Ada yg bermain kecapi, ada yg menari-nari dan sebagainya, semuanya bersuka ciata.<br />
<br />
Ketika para tamu sudah kehausan, tuan rumah menyuguhkan kopi kepada para hadirin. Masing-maisng mendapat secangkir kopi, termasuk Abu Nawas.<br />
Ketika Abu Nawas hendak meminum kopi itu, dia ditampar oleh si Yahudi. Namun karena sudah terlanjur larut dalam kegembiraan, hal itu tak dia hiraukan dan diangkatnya lagi cangkirnya, tapi lagi-lagi ditampar.<br />
<br />
Ternyata tamparan yg diterima Abu Nawas pada malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar pukul 2 dini hari.<br />
<br />
Di tengah jalan, baru terpikir oleh Abu Nawas,<br />
"Jahat benar perangai Yahudi itu, main tampar aja. Kelakuan seperti itu tak boleh dibiarkan berlangsung lama di Baghdad. Tapi, apa dayaku hendak melarangnya?" pikirnya dlam hati.<br />
"Ahaa..aku ada akal," guman Abu Nawas selanjutnya.<br />
<br />
Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Raja Harun Ar-Rasyid di istana.<br />
"Tuanku, ternyata di negeri ini ada suatu permainan yg belum pernah hamba kenal, sangat aneh," lapor Abu Nawas.<br />
"Di mana tempatnya?" tanya Baginda.<br />
"Di tepi hutan sana Baginda," kata Abu Nawas.<br />
"Mari kita lihat," ajak Baginda.<br />
"Nanti malam kita pergi berdua aja dan Tuanku memakai pakaian santri," ucap Abu Nawas.<br />
<br />
Setlah Shalat Isya, maka berangkatlah Baginda dan Abu Nawas ke rumah Yahudi itu.<br />
Ketika sampai di sana, kebetulan si Yahudi sedang asyik bermain musik dengn teman-temannya, maka Baginda pun dipersilahkan duduk.<br />
Ketika diminta tuk menari, Baginda menolak sehingga dia dipaksa dan ditampar pipinya kanan kiri.<br />
<br />
Sampai di situ Baginda baru sadar bahwa dia tlah dipermainkan oleh Abu Nawas.<br />
Tapi apa daya dia tak mampu melawan orang sebanyak itu.<br />
<br />
Maka, menarilah Baginda sampai keringat membasahi seluruh tubuhnya yg gendut itu. Setlah itu barulah diedarkan kopi kepada semua tamu, dan melihat hal itu, Abu Nawas meminta izin tuk keluar ruangan dengn alasan akan pergi ke kamar mandi tuk kencing.<br />
<br />
"Biar Baginda merasakan sendiri peristiwa itu, karena salahnya sendiri tak pernah mengetahui keadaan rakyatnya dan hanya percaya kepada laporan para menteri," pikir Abu Nawas dlam hati sembari meluncur pulang ke rumahnya.<br />
<br />
Tatkala hendak mengangkat cangkir kopi ke mulutnya, Baginda ditampar oleh si Yahudi itu. Ketika dia hendak mengangkat kopi cangkirnya lagi, dia pun terkena tamparan lagi begitu seterusnya hingga Baginda belum pernah mencicipi barang sedikit aja kopi yg disuguhkan.,<br />
<br />
Pada pagi harinya, setlah bangun tidur, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid memerintahkan seorang pelayan istana tuk memanggil Abu Nawas.<br />
"Wahai Abu Nawas, baik sekali perbuatanmu tadi malam, engkau biarkan diriku dipermalukan seperti itu," kata Baginda.<br />
"Mohon ampun wahai Baginda Raja, pada malam sebelumnya hamba tlah mendapat perlakuan yg sama seperti itu. Apabila hal itu hamba laporkan secara jujur, pasti Baginda tak akan percaya. Dari itu, hamba bawa Baginda ke sana agar mengetahui dengn kepala sendiri perilaku rakyat yg tak senonoh itu," jawab Abu Nawas membela diri.<br />
<br />
Baginda tak bisa membantah ucapan Abu Nawas, lalu disuruhnya beberapa pengawal tuk memanggil si Yahudi itu.<br />
"Wahai Yahudi, apa sebabnya engkau menampar aku tadi malam," tanya Baginda marah.<br />
"Wahai Tuanku, sesungguhnya hamba tak tahu jika malam itu adalah Tuanku. Jika sekiranya hamba tahu, hamba tak akan berbuat seperti itu," jawab si Yahudi membela diri.<br />
<br />
Apa daya, pembelaan Yahudi tak disetujui oleh Baginda. Karena menampar orang termasuk perbuatan maksiat dan Baginda harus mengambil tindakan tegas karenanya.<br />
"Sekarang terimalah pembalasanku," kata Baginda.<br />
"Ampunilah hamba, Tuanku," ucap si Yahudi.<br />
<br />
Segera aja Baginda memerintahkan para prajurit tuk memasukkan si Yahudi ke dlam penjara.<br />
Sejak saat itu Raja Harun amat memperhatikan rakyatnya. Dia berterimakasih atas laporan yg diberikan oleh Abu Nawas tersebut.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-89388342229998778932018-12-27T12:34:00.001-08:002018-12-27T12:34:30.444-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas & Sebotol Susu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Sore itu Raja Harun Al-Rasyid sedang berjalan-jalan menikmati udara senja di sekitar alun-alun kerajaan. Ketika sedang menikmati pemandangan pohon kurma yang tumbuh subur disepanjang pinggiran alun-alun, ia melihat sosok pria yang selama ini terkenal di kerajaannya.<br />
<br />
“Hmmm…!!! Mau kemana orang itu?” Dengus Tuan Harun seraya melangkahkan kakinya menghampiri pria tersebut.<br />
<br />
Pria itu berwajah jenaka, memakai topi bahan katun, dan ia tak henti-hentinya tersenyum bila bertemu dengan Raja. Pria itu hanya tersenyum lembut ketika melihat Tuan Harun menghampirinya dengan tampang penasaran.<br />
<br />
“Abu Nawas! Mau kemana kamu?” Abu Nawas malah bersenandung riang. Tuan Al-Rasyid merasa tersinggung dengan sikap Abu Nawas. Ia menghadang jalan Abu Nawas.<br />
<br />
“Oh, Tuanku! Kiranya izinkan saya berjalan karena saya sedang membawa remaja putri sang pemalu!” ujar Abu Nawas sambil bersyair.<br />
<br />
“Remaja Putri? Siapa maksudmu? Ku lihat kamu tidak membawa apa-apa!”<br />
<br />
Abu nawas mengeluarkan sebuah botol berisi cairan berwarna merah dan memperlihatkannya pada Tuan Al-Rasyid.<br />
<br />
“Ini Tuan!<br />
<br />
“Kurang ngajar kamu! Kamu mau menipuku, Abu Nawas? Itu pasti arak! Coba ku lihat!” Tuan Al-Rasyid merebut botol itu dari Abu Nawas.<br />
<br />
“Sungguh berdosa jika saya membawa arak, Tuanku. Itu hanyalah sebotol susu!” Tuan Al-Rasyid nampak tak percaya.<br />
<br />
“Mana ada susu warnanya merah, Abu Nawas!? Kamu mengarang saja.” Tuan Al-Rasyid menyerahkan botol itu kepada Abu Nawas.<br />
<br />
“Begini Tuan, sewaktu Tuan belum datang mengganggu perjalanan saya, susu itu masih berwarna putih. Namun ketika ia mendengar suara Tuan Harun Al-Rasyid, ia merona merah karena malu melihat Sang Raja yang gagah nan perkasa. Coba raja pergi dari sini, pasti susu ini kembali berwarna putih.” Raja Harun Al-Rasyid tertawa terbahak mendengar cerita Abu Nawas.<br />
<br />
“Nawas…Nawas! Masa susu memiliki rasa malu. Ada-ada saja kamu!”<br />
<br />
Sejak itu Abu Nawas sering di panggil ke istana untuk menghibur tamu kerajaan. Rupanya susu yang dibawa Abu Nawas sedikit di campur oleh sirup berwarna merah. Namun raja mengira itu adalah arak.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-82368503560256164022018-12-27T12:32:00.001-08:002018-12-27T12:32:15.899-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Terkena Hukuman Mati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Pada suatu waktu sang raja mengajak Abu Nawas berburu kedalam hutan, tiba tiba saja raja tak tahan mau buang air besar, disebabkan sudah kebelet jadi sang raja buang air besar disungai yang airnya mengalir kearah utara. Setelah para pengawalnya menyiapkan tempat untuk raja buang hajat sang rajapun menyelesaikan hajatnya sambil mengelus perut buncitnya sambil bergumam,.. "Aghhh,..Lega,...!!" <br /><br />Ketika raja hendak beranjak pergi meneruskan perburuannya dia dikagetkan oleh sebuah kotoran yang terbawa arus sungai dari selatan. Raja murka bukan kepalang,.. sambil berteriak memanggil pengawal setianya si Abu Nawas.<br /><br />Raja : "Pengawal,...!!!,...Heh Abu Nawas di mana kamu??!!" (bentak raja memanggil Abu Nawas pengawalnya)<br />Abu Nawas : "Hamba paduka,..!" <br /><br />Terlihat abu nawas berlari dari semak di bawah pohon dekat sungai sebelah selatan sambil mengencangkan ikat pinggangya.<br /><br />Abu Nawas : "Ada apa paduka raja,..?"<br /><br />
Raja : "Lihat itu,..siapa yang berani buang kotoran di sungai tanpa seijin dariku,..tangkap dan bawa kekerajaan aku akan menjatuhkan hukuman mati padanya tak perduli siapapun dia,...cepat!!! tangkap dia bawa keempat prajurit bersamamu,..!"<br /><br />
Abu Nawas : "a...a...begini ba,..ba,..baginda raja,..saya,...saya,...." <br /><br />Abu Nawas terlihat gugup melihat kemurkaan sang raja,..tiba tiba seorang prajurit berkata pada sang raja,..<br /><br />Prajurit : "Ampun baginda raja,..kotoran tersebut adalah milik Abu Nawas paduka,..."<br />Raja : "Apaaaa,...??!!! berani benar kamu Abu Nawas,... engkau sudah aku angkat sebagai pengawalku tapi kamu melanggar undang undang yang aku buat,..!! tak perduli siapapun dia Prajurit,...!!tangkap Abu Nawas dan bawa keistana aku akan memberinya hukuman mati,..!"<br /><br /><br />Abu Nawas dibawa ke pengadilan dan raj memberinya vonis Hukuman MATI, sebelum hukuman dilaksanakan raja memberi kesempatan kepada Abu Nawas untuk membela diri. <br /><br />Abu Nawas : "Baginda raja yang mulia,....hamba rela dijatuhi hukuman mati, hamba hanya ingin menyampaikan alasan hamba buang hajat bersama paduka waktu itu. Yang hamba lakukan adalah bukti kesetiaan hamba kepada paduka raja. Hamba selalu menemani kemanapun paduka pergi,.. saat senang maupun susah dan saat di medan perang, sampai kotoran paduka rajapun harus hamba kawal dengan kotoran hamba. Hanya itu pembelaan dari hamba paduka,.."<br /><br /><br />Raja tertegun mendengar perkataan Abu Nawas dan membatalkan hukuman matinya, bahkan raja memberikan Abu Nawas hadiah sebuah rumah dan perahu kecil untuk tempat kotorannya apabila mengawal kotoran sang raja.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-89159723378748884252018-12-27T12:25:00.000-08:002018-12-27T12:25:08.886-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Manusia Bertelur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Sudah sejak lama hampir bertahun-tahun Maharaja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.<br /><br />Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."<br /><br />"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.<br /><br />"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan apa yang akan digelar besok.<br /><br />Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para menteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.<br /><br />Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir.<br /><br />Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"<br /><br />"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.<br /><br />"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.<br /><br />"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.<br /><br />"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda.<br /><br />Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.<br /><br />"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja.<br /><br />Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.<br /><br />Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.<br /><br />Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.<br /><br />"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.<br /><br />"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.<br /><br />"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.<br /><br />"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.<br /><br />"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan dada.<br /><br />Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.<br /><br />Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.<br /><br />Memang Abu Nawas yang kurang pintar itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-76173994410855432382014-04-28T05:21:00.000-07:002018-12-25T14:56:12.373-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Membalas Perbuatan Raja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titah langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah.<br />
Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.<br />
Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.<br />
Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas, apa lagi mengganti kerugian.<br />
<br />
Inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.<br />
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda.<br />
Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap.<br />
<br />
Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.<br />
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi.<br />
la tiba-tiba tertawa riang. "Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada istrinya.<br />
"Untuk apa?" tanya istrinya heran.<br />
"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat.<br />
<br />
Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana.<br />
Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang.<br />
Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."<br />
<br />
"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.<br />
<br />
"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.<br />
"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini."<br />
<br />
"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"<br />
<br />
Abu nawas berkata : "Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."<br />
<br />
Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menolak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana.<br />
Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.<br />
<br />
Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini.<br />
Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu.<br />
<br />
Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas.<br />
<br />
Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.<br />
Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.<br />
Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri.<br />
Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu.<br />
<br />
Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.<br />
Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya.<br />
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega.<br />
Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-81602549648917628252014-04-17T09:30:00.002-07:002018-12-25T14:56:31.259-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Petinju Kelas Berat<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGOXVEc238uz3BZm_CDCefTgGudkiMVVTJ6PhTyWYbgUuTp97n_8ka5vqsogVlWu9KxL_KXR77tT9ohkDqJn0fL3E3JP91TRcNMw89g4M6kKFCZg0O5VS4I0ZwPLEZVL7caROpPuuT404/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Suatu hari di baghdad banyak di pasang reklame pendaftaran pergulatan tinju kelas berat dan di buka untuk umum. Abu nawas ketika berjalan-jalan tak sengaja melihat reklame tersebut dan melihat dengan seksama iming-iming hadiah emas seberat satu klio gram bagi pemenangnya.<br />
<br />
Abu nawas tertarik dengan hadiahnya maka segera ia langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti perhelatan tinju kelas berat tersebut. Panitia pada heran pada si abu nawas yang berbadan kecil kurus tinggi, kok berani-beraninya mengikuti perhelatan tinju kelas berat, apa dia gak takut mati ?<br />
<br />
Singkat cerita tibalah saatnya perhelatan tinju kelas berat di laksanakan, pertandingan demi pertandingan telah selesai di laksanakan, tibalah giliran abu nawas dengan lawan petinju kelas yang paling berat. Di panggillah nama petinju yang akan melawan abu nawas tersebut. Namun ketika nama Abu nawas di panggil berkali-kali ternyata si Abu nawas tak menampakkan batang hidungnya.<br />
<br />
Maka pertandingan abu nawas dengan petinju yang kelasnya paling beratpu di tunda. Petinju tadi geram dan langsung menanyakan almat Abu nawas. Maka kesokan harinya ia segera menuju rumah Abu nawas sesuai dengan petunjuk. Betapa terkejutnya petinju tadi ketika mendapati rumah abu nawas yang kosong, namun di depan rumahnya terpasang beberapa jumlah celana pendek untuk tinju dengan ukuran yang sangat besar.<br />
<br />
Kontan saja sang petinju tadi nyalinya langsung don. Ia berkata dalam hati ” matilah aku…..lawanku ternyata orangnya berukuran jumbo…kalau aku kena pukulannya sekali saja…wah mati aku…” . Maka saat itu juga ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jadwal pertandingan. Maka abunawaslah yang berhak memperoleh hadiah emas sati kilogram..he..he..he ada ada saja.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-13739040902845460182014-04-09T08:35:00.000-07:002018-12-25T14:56:47.888-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Menjadi Imam Masjid<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Saat itu hari Jumat telah tiba, tiba saatnya Abu Nawas menjadi imam dan khotib masjid berikut ceritanya :<br />
<br />
Setelah pamit dengan istri tercintanya, Abu Nawas lalu pergi menuju menuju masjid. Beberapa saat kemudian terdengar suara adzan. Umat Islam para pria beramai-ramai berkumpul di masjid dan berhenti sementara dari segala aktifitas. Warga senang karena yang menjadi imam adalah idola mereka Abu Nawas.<br />
<br />
Beberapa saat sebelum Abu Nawas berkhutbah, dilihatnya banyak orang yang mengantuk dan tertidur lalu Abu Nawas memiliki ide cemerlang untuk mengatasi ini. Lalu beliau berteriak “Api… Api… Api…” kejut Abu Nawas dengan keras.<br />
<br />
Tentu saja para jamaah terbangun dengan kagetnya dan menoleh kesana kemari mencari tahu dari mana asal apinya, ”Dimana apinya, dimana,” teriak jamaah.<br />
Abu Nawas yang melihat para jamaah terbangun dan panik, lantas Abu Nawas meneruskan khutbahnya tanpa peduli pertanyaan para jamaah mengenai letak apinya.<br />
“Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah,” kata Abu Nawas dalam khutbahnya.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-7986958981613006032014-04-09T08:33:00.001-07:002018-12-25T14:57:04.727-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Dan Kambing<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Di negeri Persia hiduplah seorang lelaki
yang bernama Abdul Hamid Al-Kharizmi, lelaki ini adalah seorang saudagar
yang kaya raya di daerahnya, tetapi sayang usia perkawinannya yang
sudah mencapai lima tahun tidak juga dikaruniai seorang anak. Pada suatu
hari, setelah shalat Ashar di Mesjid ia bernazar, “ya Allah swt. jika
engkau mengaruniai aku seorang anak maka akan kusembelih seekor kambing
yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia”. Setelah ia pulang dari
mesjid, istrinya yang bernama Nazariah berteriak dari jendela rumahnya:<br />
Nazariah
: “hai, hoi, cuit-cuit, suamiku tercinta, aku sayang kepadamu, ayo
kemari, cepat aku ggak sabaran lagi, kepingen ni, cepat, aku kepengen
ngomong”<br />
Abdul heran dengan sikap istrinya seperti itu, dan langsung cepat-cepat dia masuk kerumah dengan penasaran sebesar gunung.<br />
Abdul : h, h, h, h, h, h, nafasnya kecapaian berlari dari jalan menuju kerumahnya “ada apa istriku yang<br />
cantik?”<br />
Nazariah : “aku hamil kang mas”<br />
Abdul : “kamu hamil?, cihui, hui, “<br />
Sambil
meloncat-loncat kegirangan di atas tempat tidur, Plok, dia terperosok
ke dalam tempat tidurnya yang terbuat dari papan itu.<br />
Tidak lama setelah kejadian itu istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat cantik dan lucu. Dan diberi nama Sukawati<br />
Pak lurah : “Anak anda kan laki-laki, kenapa diberi nama Sukawati?”<br />
Abdul : “dikarenakan anak saya laki-lakilah makanya saya beri nama Sukawati, jika saya beri nama<br />
Sukawan dia disangka homo.<br />
Abdul : “Hai Malik (ajudannya) cepat kamu cari kambing yang mempunyai tanduk sebesar jengkal manusia”.<br />
Malik : “tanduk sebesar jengkal manusia?” ia heran “mau cari dimana tuan?”<br />
Abdul : “cari di dalam hidungmu dongol, ya cari diseluruh ke seluruh negeri ini”<br />
Beberapa hari kemudian.<br />
Malik : “Tuan Abdul, saya sudah cari kemana-mana tetapi saya tidak menemukan kambing yang punya<br />
tanduk sejengkal manusia”<br />
Abdul : “Bagaimana kalau kita membuat sayembara, cepat buat pengumuman ke seluruh negeri bahwa kita<br />
membutuhkan seekor kambing yang memiliki tanduk sejengkal manusia untuk disembelih”<br />
Menuruti
perintah tuannya, Malik segera menempelkan pengumunan di seluruh
negeri itu, dan orang-orang yang memiliki kambing yang bertandukpun
datang kerumah Abdul, seperti pengawas Pemilu, Abdul memeriksa tanduk
kambing yang dibawa tersebut.<br />
Abdul : “hai tuan anda jangan menipu saya, kambing ini tidak memiliki tanduk sebesar jengkal manusia”<br />
kemudian ia pergi ke kambing lain “jangan main-main tuan, ini tanduk kambing palsu”.<br />
Setelah
sekian lama menyeleksi tanduk kambing yang dibawa oleh kontestan
sayembara, ternyata tidak satupun yang sesuai dengan nazarnya kepada
Allah swt. Abdul hampir putus asa, tiba-tiba.<br />
Abdul : “aha, saya teh ada ide, segera kamu ke ibu kota dan jumpai pak Abu dan katakan saya ingin<br />
meminta tolong masalah saya.<br />
Malik segera menuruti perintah tuannya, dan segera menuju ibu kota dan menjumpai Pak Abu yang punya nama lengkap Abu Nawas.<br />
Malik : “Pak Abu, begini ceritanya, cus, cues, ces. Pak Abu bisa bantu tuan saya”<br />
Pak Abu : “katakan pada tuan kamu, bawa kambing yang punya tanduk dan bayinya tersebut besok pagi ke mesjid Fathun Qarib.<br />
Malik segera pulang dan memberitahukan kepada tuannya bahwa Pak Abu bisa membantu dan cus, cues, ces, sstsst,<br />
Di
esok pagi Abdul menjumpai Pak Abu dengan seekor kambing yang punya
tanduk dan anaknya yang masih bayi tersebut, beserta istrinya.<br />
Pak Abu : “Baiklah tuan Abdul, jika nazarmua kepada Allah swt. menyembelih kambing yang punya tanduk<br />
sebesar jengkal manusia, sekarang tunjukkan mana kambing yang kau bawa kemari, dan mana anakmu”<br />
Abdul : “ini kambing dan anak saya Pak Abu”<br />
Pak Abu kemudian mengukur tanduk kembing tersebut dengan jengkal anak bayi tersebut dan Pak abu memperlihatkannya ke Abdul<br />
Pak Abu : “sekarang kamu sudah bisa membayar nazarmu kepada Allah swt. karena sudah dapat kambing yang pas”<br />
Abdul : “cihui, uhui, pak Abu memang hebat”, dia meloncat-loncat
kegirangan di dalam mesjid setelah melakukan sujud syukur, dan tiba-tiba
sleit, dia terpeleset jatuh, karena lantainya baru saja di pel oleh
pengurus mesjid itu. Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-90771381518917622532014-04-09T08:31:00.000-07:002018-12-25T14:57:36.304-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Taruhan Yang Berbahaya <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERKiv6KvlChMgStNKWBMKMK2DAwaMOzQi-8mXC5CxlL9avh1L1XkImy0UVyDkxg8B-njrDpgIv0PcnmHXbS4lPuBpUpbB2lYpvqZJrbfckmyRS8rnowcIItCQWumJ9S2m4yF7nlz4ojM/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Pada suatu sore ketika abu nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu abu nawas.<br />
“Nah ini abu nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.<br />
“Ada apa?” kata abu nawas sambil memesan secangkir teh hangat.<br />
“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan abu nawas membuka percakapan.<br />
“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt.” kata abu nawas menentang.<br />
“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai abu nawas?” tanya kawan abu nawas.<br />
“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata abu nawas memberitahu.<br />
“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”<br />
“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” abu nawas ganti bertanya.<br />
“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau pantati.” kata mereka. abu nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.<br />
Kawan-kawan abu nawas tidak yakin abu nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini abu nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.<br />
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk abu nawas. abu nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.<br />
Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.<br />
Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan abu nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena abu nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. abu nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga abu nawas duduk di tempat yang paling<br />
belakang.<br />
Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat abu nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”<br />
“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.<br />
“Wahai abu nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.<br />
“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”<br />
Baginda bingung mendengar pengakuan abu nawas. Karena Baginda melihat sendiri abu nawas duduk di atas lantai. “Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai abu nawas?” tanya Baginda masih bingung.<br />
“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata abu nawas seolah-olah menyimpan misteri.<br />
“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.<br />
“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, abu nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. abu nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat abu nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.<br />
Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan abu nawas merasa kagum.<br />
Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk abu nawas.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-40635690908350850372014-04-09T08:28:00.002-07:002018-12-25T14:57:24.293-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Berak Di Tempat Tidur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlbrOKsj9rM5yO29r1q64zDk6qjS4q6Ny0i1gPyF0P6siGfRviIEXi1HgAMzd56ofESPQPoJP_Jp_CxZ6z1Uu4FJgRF6I7K3sKycM1m4hKbGRFxwIU2EfmmLDCjrQIFjRDVkIgNWmSbtk/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Suatu hari Abu Nawas kedatangan tiga orang tamu utusan baginda Raja Harun Ar Rasyid.<br />
“Kami diutus oleh baginda Raja untuk berak di tempat tidurmu. Karena ini perintah Raja kamu tidak boleh menolak,” kata salah seorang mereka.<br />
“Saya sama sekali tidak keberatan. Silahkan saja kalau kalian mampu melaksanakan perintah Raja,” jawab Abu Nawas enteng.<br />
“Betul?” tanya utusan Raja.<br />
“Iya, silahkan saja!” sahut Abu Nawas.<br />
Abu Nawas mengawasi orang – orang itu beranjak ke tempat tidurnya dengan geram. Berak di tempat tidur? Betul – betul kurang ajar, kelewat batas!<br />
Pada saat mereka hendak bersiap – siap berak, mendadak Abu Nawas berkata,<br />
“Hai, maaf. Ada yang lupa saya sampaikan kepada kalian.”<br />
“Apa itu?”<br />
“Saya ingatkan supaya kalian jangan melebihi perintah baginda Raja. Jika kalian melanggar, saya pukul tengkuk kalian dengan pentungan, setelah itu baru saya laporkan kepada Baginda bahwa kalian melanggar perintahnya.” Jawab Abu Nawas dengan serius. Bahkan kini Abu Nawas sudah mengambil pentungan kayu besar.<br />
“He, apa maksudmu Abu Nawas?”<br />
“Ingat!” kata Abu Nawas tegas.”Perintah Baginda hanya berak di tempat tidur saja.”<br />
“Itu betul!”<br />
“Hanya berak tok! Jadi kalian tidak boleh kencing! Tidak boleh lepas celana! Tidak boleh cebok! Hanya berak saja!” kata Abu Nawas lagi.<br />
“Wah! Itu tidak mungkin! Kami pasti kencing juga!”<br />
“Aku pukul tengkuk kalian sekeras – kerasnya!”<br />
“Lho?”<br />
“Iya sebab kalian melanggar perintah Baginda!”<br />
Mereka saling pandang dengan cengar – cengir.<br />
“Kalau begitu kami tak sanggup mengerjakan perintah Baginda.”<br />
“Itu bukan urusan saya.” kata Abu Nawas.<br />
“Abu Nawas!” tiba – tiba terdengar suara Jakfar dari luar pintu rumah. Abu Nawas segera keluar rumah untuk menemui orang kepercayaan Baginda Harun Al Rasyid. Diikuti tiga utusan Baginda yang hendak berak.<br />
” Aku sudah mendengar perdebatan kalian. Baginda memang memerintahkan berak di tempat tidurmu. Jika tiga orang itu sanggup mereka masing – masing akan dapat hadiah seribu dirham. Jika gagal maka mereka boleh kau pukul sesuka hatimu.” kata Jakfar.<br />
“Oh, begitu! Lalu hadiah dari Baginda untukku berupa apa?”<br />
“Sekarang juga kau boleh menghadap Baginda untuk menerima tiga ribu dirham.”<br />
“Haaa…..! Seru Abu Nawas dengan riang sembari mengambil pentungan. Lalu tiga orang utusan yang mau berak tadi dipentungi pantatnya.<br />
“Buk…!Buk…!Buuuuk…!”<br />
“Ampun Abu Nawas!”<br />
“Mau berak di tempat tidurku hah?”<br />
“Tidak! Ampuuuuuuun…!” tiga orang itu lari terbirit – birit. Jakfar dan Abu Nawas tertawa terpingkal – pingkal.<br />
“Abu Nawas, Baginda yakin kau dapat mengatasi masalah ini. Beliau memang menginginkan kehadiranmu di istana untuk menghibur hatinya yang gundah.”Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-12653818204957230632014-04-09T00:27:00.001-07:002018-12-25T14:58:52.599-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Dan Monyet Ajaib<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiZg0nl-C3YJa1Avji89lTQvgOnjLmPqiBfGsHvQkHiQhDcNNHH5E4e55X82dvgHy0ULro76wUIF4Uz9O0qIaL95-jk76WXbrHf_upcQa7Lcyr-khKACa5cDmCJjCF7c0MIy6wLOPFdCU/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yg kebetulan berjumpa di tengah jalan.<br />
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.<br />
<br />
"Pertunjukkan keliling yg melibatkan monyet ajaib."<br />
<br />
"Apa maksudmu dengn monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.<br />
<br />
"Monyet yg dapat mengerti bahasa manusia, dan yg lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.<br />
Abu Nawas makin tertarik. Dia tak tahan tuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.<br />
<br />
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karna begitu banyak penonton yg menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengn bangga menawarkan hadiah yg cukup besar bagi siapa saja yg sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.<br />
<br />
Tak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengn beragam cara tuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.<br />
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga dia maju tuk mencoba. Setlah berhadapan dengn binatang itu Abu Nawas bertanya,<br />
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.<br />
<br />
"Apakah engkau tak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.<br />
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.<br />
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.<br />
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka dia mendapat hadiah berupa uang yg banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga dia memukuli binatang yg malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya dia ingin menebus kekalahannya. Kali ini dia melatih monyetnya mengangguk-angguk.<br />
Bahkan dia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai dapat dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yg diajukan.<br />
<br />
Saat-saat yg dinantikan tiba. Kini para penonton yg ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setlah tak ada lagi yg ingin mencobanya, Abu Nawas maju. Dia mengulang pertanyaan yg sama.<br />
<br />
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.<br />
<br />
"Apakah engkau tak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.<br />
<br />
"Apakah engkau tak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.<br />
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.<br />
<br />
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .<br />
<br />
"Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengn balsam?" Monyet itu mengangguk.<br />
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu aja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai panik.<br />
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yg cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.<br />
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan tuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya dia lupa ancaman tuannya sehingga dia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.<br />
<br />
Abu Nawas dengn kecerdikan dan akalnya yg licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yg dianggap cerdik.<br />
<br />
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai aja dapat dikecoh Abu Nawas!Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-87592028611720569032014-04-09T00:24:00.001-07:002018-12-25T14:58:05.449-08:00Kisah Dan Ceita Lucu Abu Nawas Menangkap Angin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBMLfY5gebMgP2IrM2CBvbISX8kYioiQxn9LkyLzQ2bwifqy4EY7FAwcS6a4-WXQeaoYAnQhxu3_o-RKb6nO_xSDi6knaTj80WOPgDonghrfsp7O7gvF7MVTeDmeEBTJD_T2lHQlzTk0/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.<br />
<br />
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan.<br />
<br />
"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas.<br />
<br />
"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda.<br />
<br />
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.<br />
<br />
Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak.<br />
<br />
Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.<br />
<br />
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.<br />
<br />
Mungkin sudah takdir; sepertinya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.<br />
<br />
"Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.<br />
<br />
Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?"<br />
<br />
"Sudah Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.<br />
<br />
Baginda menimang-nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda.<br />
<br />
"Di dalam, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas penuh takzim.<br />
<br />
"Aku tak melihat apa-apa." kata Baginda Raja.<br />
<br />
"Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu." kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.<br />
<br />
"Bau apa ini, hai Abu Nawas?!" tanya Baginda marah.<br />
<br />
"Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol." kata Abu Nawas ketakutan.<br />
<br />
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-43873796512860723202014-04-07T09:28:00.003-07:002018-12-25T14:58:17.358-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Aku Rasa Engkau Benar<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://siceritalucu.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihUlAsRgdNdoAk4wFXr8r7TV6YqSlV4iD9rBB5xjovYm7HlX4h3nwCNYIo94fvkEobftB1zEUghGwiAK9vy672sQUNTxmWRrQMaRaJX5miKr-Tw9Ux1w2gpymdeuOLHo9oiDJCkkGkmtQ/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia
mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan
dari jaksa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar:</div>
<br />
“Aku rasa engkau benar.”<br />
Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum
membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah
logika, sehingga Nasrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai,
Nasrudin kembali berkomentar:<br />
“Aku rasa engkau benar.”<br />
Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan
sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah!
Nasrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar:<br />
“Aku rasa engkau benar.”Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1225155962818235337.post-293148828561156752014-04-07T09:26:00.002-07:002018-12-25T14:58:27.643-08:00Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Susu dan Garam<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/"><img alt="http://siceritalucu.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilf9NsW9eULnvZZQsr9F5ynqasleu9Qdpwj7k2bcC-NCoHgB-5ACtTbIucT6aFLrSTHFSMgi8XDAX9V_19kN_p3g7pYz84VLr41CpzQE5iTJqOhf63f2ETU3nhk9XS5OYdWu3KljaFdMU/s1600/abunawas.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<a href="http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/">Cerita Lucu Abu Nawas</a> - Nasrudin dan Ali merasa haus, mereka pergi ke sebuah warung untuk
minum. Karena uang mereka hanya cukup untuk membeli segelas susu maka
Mereka memutuskan membagi segelas susu untuk berdua.</div>
<br />
Ali : “kamu minum dulu setengah gelas,Karena aku hanya punya gula
yang hanya cukup untuk satu orang. Aku akan menuangkan gula ini ke dalam
susu bagianku.”<br />
Nasrudin : “Tuangkan saja sekarang dan aku akan minum setengahnya.”<br />
Ali : “Aku tidak mau. Sudah kukatakan, gula ini hanya cukup membuat manis setengah gelas susu”<br />
akhirnya Nasrudin pergi ke pemilik warung dan kembali dengan sekantung garam.<br />
Nasrudin : “Ada berita baik. Seperti telah kita setujui, aku akan
minum susu ini lebih dulu. Aku akan minum bagianku dengan garam ini.”<br />
Ali : “apa….?”Unknownnoreply@blogger.com